Minggu, 21 April 2013

Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.


Kasus peledakan ulat bulu di Probolinggo dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik ang dapat memicu peningkatan ulat bulu di Probolinggo. Suhu yang berfluktuasi, dan suhu lingkungan yang melebihi batas toleransi suhu minimum lingkungannya untuk pertumbuhannya, sehingga tumbuhnya populasi ulat bulu dengan waktu yang cepat yang menyebabkan populasi pertumbuhan yang meningkat terus-menerus.  Musim hujan yang panjang, debu vulkanik, penanaman mangga menuju satu varietas (manalagi), program hutan produksi, dan penggunaan input kimia diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya ledakan populasi ulat bulu di Probolinggo.
Adanya keterkaitan antara suhu lingkungan dengan waktu tumbuh dan berkembangnya hewan ektothermal disebut sebagai konsep waktu suhu atau waktu fisiologis. Hewan ektothermal disebut juga hewan poikiloterm. Untuk pertumbuhannya, hewan ektothermal memerlukan kombinasi antara faktor waktu dan faktor suhu lingkungan. Hewan ektothermal tidak dapat tumbuh dan berkembang bila suhu lingkungannya dibawah batas suhu minimum kendatipun diberikan waktu yang cukup lama. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, hewan ektothermal memerlukan suhu lingkungan di atas batas suhu minimumnya maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Begitu pula sebaliknya.
Ledakan ulat bulu di Probolinggo telah dikaji melalui pengujian di laboratorium dan observasi di lapangan. Musim hujan yang panjang, debu vulkanik, penanaman mangga yang menuju satu jenis, yakni manalagi, program hutan produksi, dan penggunaan input agrokimia ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya keanekaragaman hayati pada agroekosistem tanaman mangga sehingga menimbulkan ledakan populasi A. submarginata. Kekacauan populasi pascamigrasi A.submarginata dari pertanaman teh dan kemampuan adaptasinya yang tinggi pada tanaman mangga menyebabkan terjadinya peningkatan populasi ulat bulu pada tanaman mangga. Faktor pemicu utama ledakan populasi ulat bulu adalah perubahan ekosistem yang ekstrem pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010−2011 yang menyebabkan kenaikan kelembapan udara. Suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu. Abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo, penanaman hanya satu varietas mangga, peralihan fungsi hutan menjadi hutan produksi, dan penggunaan input kimia seperti pestisida dan pupuk ikut menjadi pemicu ledakan populasi ulat bulu. Tanaman mangga sebetulnya membutuhkan kehadiran serangga herbivora untuk meningkatkan suhu mikro untuk pertumbuhan tunas baru dan merangsang pembungaan. Daun-daun tanaman mangga yang dimakan serangga akan meningkatkan suhu mikro.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar