Minggu, 21 April 2013

Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!

Jenis hewan yang dapat digunakan untuk monitoring kondisi lingkungan adalah lintah (Hirudo medicinalis). Lintah (Hirudo medicinalis) dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan tawar. Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. lintah (Hirudo medicinalis) mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Hal ini baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena lintah selalu mengadakan kontak langsung dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena lintah (Hirudo medicinalis) terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.
           Prinsip:
Beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menggunakan suatu jenis organisme sebagai bioindikator adalah
           1) Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahui.
           2) Sejarah alamiahnya diketahui
           3) Siap dan mudah disurvei dan dimanipulasi
           4) Taksa yang lebih tinggi terdistribusi secara luas pada berbagai tipe habitat
5) Taksa yang lebih rendah spesialis dan sensitif terhadap perubahan habitat.
6) Pola keanekaragaman mengambarkan atau terkait dengan taksa lainnya yang berkerabat atau tidak.
          7) Memiliki potensi ekonomi yang penting.
              Makroinvertebrata khususnya lintah lebih banyak dipakai dalam pemantauan kualitas air karena memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1) Sifat hidupnya yang relatif menetap/tidak berpindah-pindah, meskipun kualitas air tidak mengalami perubahan.
2) Dapat dijumpai pada beberapa zona habitat akuatik, dengan berbagai kondisi kualitas air.
3) Masa hidupnya cukup lama, sehingga keberadaannya memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya
4) Terdiri atas beberapa jenis yang memberi respon berbeda terhadap kualitas air.
5) Relatif lebih mudah untuk dikenali dibandingkan dengan jenis mikroorganisme.
6) Mudah dalam pengumpulan/pengambilannya, karena hanya dibuthkan alat yang sederhana yang dapat dibuat sendiri.
           Praktik pemanfaataannya:
Dalam monitoring kondisi lingkungan digunakan indikator hewan jenis lintah dengan salah satu metode adalah Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT) yang dikembangkan di Inggris. Sistem tersebut mengelompokkan atau membagi biota bentuk menjadi 10 tingkatan berdasarkan kemampuannya dalam merespon cemaran di habitatnya. Pengelompokkan biota didasarkan atas kelimpahan jenis tertinggi yang dijumpai padat ingkat kualitas air tertentu. Atas dasar tersebut kualitas air sungai dapat dibagi menjadi 6 kelas tingkat cemaran. Enam kelas tingkatan adalah tidak tercemar, tercemar ringan, tercemar sedang, tercemar, tercemar agak berat, dan sangat tercemar. Nilai indeks biotik dapat diperoleh dengan cara merata-ratakan seluruh jumlah nilai skoring dari masing-masing kelompok biota yang diperoleh di perairan air tawar. Nilai indeks akan berkisar antara 0-10 dan sangat bervariasi bergantung pada musim. Semakin tinggi nilai yang diperoleh akan semakin rendah tingkat cemaran yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode  BMWP-ASPT, bahwa lintah (Hirudo medicinalis) sebagai makrozoobentos indikator (bioindikator) pada lingkungan perairan air tawar yang sudah tercemar.
           Sumber:
Lestari. 2010. Bioassessment Kualitas Air Sungai Rejoso Di Kecamatan Rejoso Pasuruan Dengan Makroinvertebrata. Jurnal Penelitian. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar