Jenis hewan yang dapat
digunakan untuk monitoring kondisi lingkungan adalah lintah (Hirudo
medicinalis).
Lintah (Hirudo medicinalis) dapat digunakan
sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan tawar. Lintah merupakan
organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga
termasuk ke dalam organisme toleran. lintah (Hirudo medicinalis) mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan
sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat
hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Hal ini baik
digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena lintah selalu mengadakan
kontak langsung dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih
mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu
karena lintah (Hirudo medicinalis) terus menerus terdedah oleh air yang
kualitasnya berubah-ubah.
Prinsip:
Beberapa
kriteria umum yang dapat digunakan untuk menggunakan suatu jenis organisme
sebagai bioindikator adalah
1)
Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahui.
2)
Sejarah alamiahnya diketahui
3)
Siap dan mudah disurvei dan dimanipulasi
4)
Taksa yang lebih tinggi terdistribusi secara luas pada berbagai tipe habitat
5)
Taksa yang lebih rendah spesialis dan sensitif terhadap perubahan habitat.
6)
Pola keanekaragaman mengambarkan atau terkait dengan taksa lainnya yang
berkerabat atau tidak.
7)
Memiliki potensi ekonomi yang penting.
Makroinvertebrata
khususnya lintah lebih banyak dipakai dalam pemantauan kualitas air karena
memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1) Sifat hidupnya yang relatif menetap/tidak
berpindah-pindah, meskipun kualitas air tidak mengalami perubahan.
2) Dapat dijumpai pada beberapa zona habitat
akuatik, dengan berbagai kondisi kualitas air.
3) Masa hidupnya cukup lama, sehingga keberadaannya
memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya
4) Terdiri atas beberapa jenis yang memberi respon
berbeda terhadap kualitas air.
5) Relatif lebih mudah untuk dikenali dibandingkan
dengan jenis mikroorganisme.
6) Mudah dalam pengumpulan/pengambilannya, karena
hanya dibuthkan alat yang sederhana yang dapat dibuat sendiri.
Praktik pemanfaataannya:
Dalam
monitoring kondisi lingkungan digunakan indikator hewan jenis lintah dengan
salah satu metode adalah Biological Monitoring Working Party-Average Score
Per Taxon (BMWP-ASPT) yang dikembangkan di Inggris. Sistem tersebut
mengelompokkan atau membagi biota bentuk menjadi 10 tingkatan berdasarkan
kemampuannya dalam merespon cemaran di habitatnya. Pengelompokkan biota
didasarkan atas kelimpahan jenis tertinggi yang dijumpai padat ingkat kualitas
air tertentu. Atas dasar tersebut kualitas air sungai dapat dibagi menjadi 6
kelas tingkat cemaran. Enam kelas tingkatan adalah tidak tercemar, tercemar
ringan, tercemar sedang, tercemar, tercemar agak berat, dan sangat tercemar. Nilai
indeks biotik dapat diperoleh dengan cara merata-ratakan seluruh jumlah nilai
skoring dari masing-masing kelompok biota yang diperoleh di perairan air tawar.
Nilai indeks akan berkisar antara 0-10 dan sangat bervariasi bergantung pada
musim. Semakin tinggi nilai yang diperoleh akan semakin rendah tingkat cemaran
yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode BMWP-ASPT, bahwa lintah (Hirudo
medicinalis) sebagai makrozoobentos indikator (bioindikator) pada
lingkungan perairan air tawar yang sudah tercemar.
Sumber:
Lestari. 2010. Bioassessment Kualitas
Air Sungai Rejoso Di Kecamatan Rejoso Pasuruan Dengan Makroinvertebrata. Jurnal
Penelitian. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar