Kasus peledakan ulat bulu di Probolinggo dipengaruhi oleh faktor biotik dan
faktor abiotik ang dapat memicu peningkatan ulat bulu di Probolinggo. Suhu yang
berfluktuasi, dan suhu lingkungan yang melebihi batas toleransi suhu minimum
lingkungannya untuk pertumbuhannya, sehingga tumbuhnya populasi ulat bulu
dengan waktu yang cepat yang menyebabkan populasi pertumbuhan yang meningkat terus-menerus. Musim hujan yang panjang, debu vulkanik,
penanaman mangga menuju satu varietas (manalagi), program hutan produksi, dan
penggunaan input kimia diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya ledakan
populasi ulat bulu di Probolinggo.
Adanya keterkaitan antara suhu lingkungan dengan waktu tumbuh dan
berkembangnya hewan ektothermal disebut sebagai konsep waktu suhu atau waktu
fisiologis. Hewan ektothermal disebut juga hewan poikiloterm. Untuk
pertumbuhannya, hewan ektothermal memerlukan kombinasi antara faktor waktu dan
faktor suhu lingkungan. Hewan ektothermal tidak dapat tumbuh dan berkembang
bila suhu lingkungannya dibawah batas suhu minimum kendatipun diberikan waktu
yang cukup lama. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, hewan ektothermal
memerlukan suhu lingkungan di atas batas suhu minimumnya maka semakin singkat
waktu yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Begitu pula sebaliknya.
Ledakan ulat bulu di Probolinggo telah dikaji melalui pengujian
di laboratorium dan observasi di lapangan. Musim
hujan yang panjang, debu vulkanik, penanaman
mangga yang menuju satu jenis, yakni manalagi, program hutan produksi, dan
penggunaan input agrokimia
ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya keanekaragaman hayati pada
agroekosistem tanaman mangga sehingga menimbulkan ledakan populasi A.
submarginata. Kekacauan populasi pascamigrasi A.submarginata dari
pertanaman teh dan kemampuan adaptasinya yang tinggi pada tanaman mangga
menyebabkan terjadinya peningkatan populasi ulat bulu pada tanaman mangga. Faktor pemicu utama ledakan populasi ulat bulu adalah perubahan ekosistem
yang ekstrem pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa
hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010−2011 yang menyebabkan
kenaikan kelembapan udara. Suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim
mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu. Abu vulkanik akibat letusan Gunung
Bromo, penanaman hanya satu varietas mangga, peralihan fungsi hutan menjadi
hutan produksi, dan penggunaan input kimia seperti pestisida dan pupuk ikut
menjadi pemicu ledakan populasi ulat bulu. Tanaman mangga sebetulnya membutuhkan kehadiran serangga herbivora untuk
meningkatkan suhu mikro untuk pertumbuhan tunas baru dan merangsang pembungaan.
Daun-daun tanaman mangga yang dimakan serangga akan meningkatkan suhu mikro.
Sumber: